Pengertian Lillah
LILLAH adalah tujuan dan maksud seseorang lahir bathin semata-mata
niat ta’at mengabdikan diri kepada Alloh dalam semua amal yang ubudiyah
maupun mu’amalah, melalui tatanan syari’at yang dibawa oleh Rosul SAW;
baik perkara wajib, sunah dan mubah, karena firman Alloh dalam QS
Al-Bayyinah 5 :
“Mereka tidak diperintah kecuali supaya agar menyembah Alloh dengan
memurnikan keta’atan kepada-Nya dalam menjalankan agama dengan ihlas
(Lillah)”.
Dan firman Alloh dalam QS Adz-Dzariyat 56 :
ومآ خلقت الجن والانس الا ليعبدون
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali agar supaya mereka
mengabdi”.
Rosul SAW bersabda :
انما الاعمال بالنيات وانما لكل امرئ ما نوى الحديث
(متفق عليه)
“Sesungguhnya semua amal itu tergantung dengan niat, dan seseorang
mendapat balasan sesuai dengan niatnya”. (Mutafaqun Alaihi)
Adapun bunyi hadist :”Innamal A’maalu” adalah semua amal syari’at
badaniyah; baik berupa ucapan maupun amal perbuatan orang mu’min itu
akan dihisab (dinilai) apabila ada niatnya, sebaliknya amal itu tidak
akan dihisab apabila tanpa niat, dan tidak ada suatu amal kecuali dengan
niat.
Pengertian Niat
Niat menurut bahasa adalah “Qhosdun” (maksud). Dan menurut syari’at
adalah memaksudkan sesuatu bersamaan dengan melakukan sesuatu itu.
Adapun arti hadist yang berbunyi : “Seseorang mendapat balasan sesuai
dengan niatnya” adalah balasan amal. Apabila niatnya baik, maka
balasannya adalah kebaikan (pahala), dan apabila niatnya jelek, maka
balasanya kejelekan (tanpa pahala), dan niat orang mu’min itu lebih baik
dari pada amalnya. Adapun ihlasnya niat itu Lillahi Ta’aala (hanya
karena Alloh). Maka pintunya kebaikan itu dari baiknya niat dan pintu
kejelekan dari jeleknya niat, karena niat itu kepala amal dan ia sebagai
foundation (dasar), dan diatas foundation itu berdirinya sebuah
bangunan.
Rosul SAW bersabda :
اخلصوا اعمالكم لله فان الله لا يقبل الا ما خلص له
(رواه الطبرانى عن الضحاك بن قيس)
“Ikhlaskan amalmu hanya kerena Alloh (Lillah), sebab Alloh tidak akan
menerima amal kecuali amal yang ikhlas kepada-Nya”.
Dalam hadist yang lain, Beliau SAW bersabda :
أخلص العمل لله يجزك منه القليل
(رواه الديلمى عن معاذ رضىالله عنه)
“Ikhlaskanlah amalmu, maka amal ikhlas yang sedikit saja sudah
memadai (mencukupi) bagimu”.(HR Abu mansur dan Ad-Dailami)
Ikhlas menurut Imam Qhozaly adalah diam dan geraknya seseorang itu
hanya karena Alloh. Begitu pula Syeh Zaini Dahlan berpendapat bahwa
ikhlas itu adalah apabila ada kesamaan antara lahir dan batin seseorang
dalam menjalankan amal; artinya secara lahir ia menjalankan amal
perintah Alloh, dan hatinya niat karena Alloh. Maka ia tidak akan
berubah karena keadaan; baik ada orang maupun tidak.
Rosul SAW bersabda :
ما من عبد يخلص لله العمل اربعين يوما الا ظهرت ينابيع الحكمة من قلبه
على لسانه
(رواه ابن الجوزى وابن العدى عن ابى موسى الاشعرى رضىالله عنه)
“Tidak ada orang yang ikhlas beramal karena Alloh selama 40 hari
kecuali akan memancar sumber-sumber nur hikmah dari dalam hatinya sampai
ke lisannya”.
(HR. Ibnul Juzy dan Ibnul ‘Addy dari Abi Musa Al-Asy’ary ra ).
Dan sabda SAW yang lain berbunyi :
من احب لله وابغض لله واعطى لله ومنع لله فقد استكمل الايمان
(رواه ابو داود والضياء عن ابى أمامة باسناد صحيح)
“Barangsiapa cinta karena Alloh (Lillah), benci karena Alloh, memberi
karena Alloh dan menolak (tidak memberi) karena Alloh, maka sungguh
telah sempurna imannya”.
(HR. Abu Dawud dan Adh-Dhiya’ dari Abi Umamah dengan sanad shoheh).
Ditegaskan pula dalam hadist SAW yang lain :
طوبى للمخلصين أولئك مصابيح الهدى تنجلى عنهم كل فتنة ظلمآء
(رواه ابو نعيم عن ثوبان)
“Alangkah bahagianya orang-orang yang beramal dengan ikhlas.
Mereka-mereka itulah sebagai lampu-lampunya petunjuk, dimana segala
fitnah yang digambarkan sebagai kegelapan menjadi jelas bagi mereka”.
(HR. Abu Nu’aim dari Tsauban)
Dengan demikian, maka wajib bagi seseorang ketika menjalankan amal
untuk niat karena Alloh (Lillah). Apabila tidak demikian, pasti ia
karena didorong oleh nafsu (Linafsi). Dan amal yang didorong oleh nafsu
akan melahirkan riya’, sum’ah (ingin terkenal), riyasah (membanggakan
amal), chubbul jahi wal maali wal madchi ( pamrih kedudukan, materi dan
pujian) dan sebagainya. Padahal semua sifat tersebut sangat tercela
menurut syari’at Rosul SAW, dan dapat menghancurkan pahala amal. Orang
yang berbuat demikian termasuk orang beriman secara lisan, namun munafiq
dalam amal, bahkan ia sebagai budak syaithon dan penipu Tuhan. Dan
menurut Imam Qhozali “Semua amal dengan tujuan selain Alloh adalah
campur dengan syirik, dan amal yang campur baginya tanpa pahala. Dan
ikhlas adalah kebalikan dari syirik, maka barangsiapa yang tidak ikhlas,
ia adalah musyrik, meskipun syirik itu bertingkat-tingkat”.
Rosul SAW bersabda:
قال تعالى: أنا أغنى الشركآء عن الشرك أنا غنى عن الذى فيه شركة لغيرى
فمن عمل عملا أشرك فيه غيرى فأنا منه برئ
(ذكره الفقيه السمرقندى فى تنبيه الغافلين من حديث ابى هريرة رضىلله
عنه)
“Alloh berfirman: “Aku adalah jauh dari persekutuan dan Aku cukup
dengan diri-Ku sendiri tanpa persekutuan. Maka barangsiapa menyekutukan
amal selain Aku, Aku terlepas darinya”. ( disebutkan oleh ahli fiqh Syeh
As-Samroqondy dalam kitab Tanbihul ghofilin dari hadist Abi Huroiroh
ra).
Rosul SAW bersabda:
ان الله لا يقبل من العمل الا ما كان خالصا وابتغى به وجهه
(رواه النساء عن ابى أمامة)
“Sesungguhnya Alloh tidak menerima dari suatu amal kecuali amal yang
ikhlas, maka hendaklah kamu beramal ikhlas karena Alloh (Lillah)”.
(HR.Nasa’i dari Abi Umamah).
Diceritakan dalam kitab Tanbihul Ghofilin, ada seorang bertanya
kepada Nabi SAW: “Yaa Rosulalloh di dalam apa keselamatan itu……? Rosul
SAW menjawab: “Hendaknya kamu tidak menipu Alloh..! lalu ia bertanya
lagi: “Bagaimana kami bisa menipu Alloh…..?. kemudian Rosul SAW
bersabda: “kamu mengerjakan amal yang diperintah Alloh, dan kamu punya
tujuan (niat) selain Alloh”.
Imam Qhozaly mengatakan bahwa “Ikhlas dalam amal itu hendaknya orang
yang beramal tidak mengharapkan balasan di dunia maupun di akhirat”. Ini
isyarah yang menunjukkan bahwa kemauan nafsu itu jahat, tergesa-gesa
ingin berhasil, serta seseorang tidak lepas dari gangguan syaithon
kecuali orang yang ikhlas. Alloh berfirman Qs Al-hajr 39-40 :
قال رب بما اغويتنى لأزينن لهم فى الأرض ولأغوينهم اجمعين الا عبادك
منهم المخلصين
“Iblis berkata: “Yaa Tuhanku, sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku
sesat, pasti aku akan menjadikan mereka (manusia) memandang baik
perbuatan ma’siat di muka bumi ini, dan pasti aku akan menyesatkan
mereka semua, kecuali hamba-hamba Engkau yang ikhlas diantara mereka”.
Oleh sebab itu sungguh sia-sia golongannya para ahli ibadah (secara
lahiriyah) mereka banyak membaca Al-Qur’an, melakukan sholat dan puasa,
namun mereka selalu riya’, membangggakan amal dan tidak ikhlas. Padahal
kepalanya amal itu tauhid; artinya seseorang tidak ibadah (mengabdi)
kecuali hanya karena Alloh (Lillah), dan barangsipa mengikuti nafsunya
(Linafsi), maka sungguh ia telah mempertuhan hawa nafsunya dan ia
sebagai orang yang bertauhid (iman) secara lisan, tidak dengan hatinya.
Dan tidak ada bedanya antara orang-orang yang ibadah karena nafsunya
(linafsi) dengan orang yang menyembah berhala, karena keduanya sebagai
pengabdi (penyembah), namun menyembah selain Alloh.
Alloh berfirman dalam QS Al-Qoshos 50 :
ومن أضل ممن اتبع هواه بغير هدى من الله
“Siapakah orang yang lebih tersesat dari pada orang yang mengikuti
hawa nafsunya, yang tidak mendapat petunjuk dari Alloh”.
Rosul SAW bersabda :
ابغض اله عبد عند الله فى الأرض هو الهوى
(رواه الطبرانى عن ابى أمامة)
“Berhala-berhala sesembahan diatas bumi yang sangat dimurkai Alloh
adalah hawa nafsu”. (HR. Thobroni dari Abi Umamah).
Adapun orang yang luas pandangannya dan tinggi ilmunya, maka ia akan
mempergunakan akal fikirannya dalam memahami sabda Nabi SAW yang
berbunyi: “Innamal ‘A’maalu binniyat”. Dan ia akan menjadikan kandungan
hadist tersebut sebagai bagian dari gerak dan diamnya, sehingga ia tidak
melakukan dan meninggalkan amal, kecuali dengan niat yang baik dan
tujuan yang benar; yaitu semata-mata niat karena Alloh (Lillah). Maka
dengan demikian semua amal perbuatanya menjadi “Ibadah” dan balasan
amalnya (pahala) itu akan menjadi haknya, serta kembalinya adalah
taqorub (mendekatkan diri kepada Alloh).
Oleh sebab itu hendaklah kita punya niat yang baik di dalam melakukan
amal perbuatan, sampai bisa membuat perkara mubah menjadi nilai ta’at
(ibadah) kepada Alloh, karena perkara mubah itu bisa menjadi nilai ta’at
dengan niat yang baik; yaitu Lillah. Dan di dalam perkara haram dan
makruh, maka meninggalkannya harus niat karena diperintah Alloh
(Lillah), sehingga akan berbeda dengan kefahaman orang bodoh yang
menganggap bahwa kema’siatan bisa berubah menjadi ta’at dengan niat yang
baik, karena berpedoman pada bunyi hadist “Sesungguhnya amal itu
tergantung niatnya”. Dan ia tidak menyadari bahwa sesunggunya kebaikan
itu adalah perkara yang sudah diketahui kebaikannya secara hukum
syari’at, maka bagaimana mungkin perkara jelek (ma’siat) bisa berubah
menjadi perkara baik. Itu sangat mustahil dan jauh sekali…!
Rosul SAW bersabda:
الحلال ما أحل الله فى كتابه والحرام ما حرم الله فى كتابه وما سكت عنه
مما عفى عنه
(رواه الترمذى والبيهقى والحاكم عن سلمان باسناد صحيح)
“Halal itu perkara yang sudah dihalalkan Alloh dalam kitab-Nya, dan
haram adalah perkara yang sudah diharamkan Alloh dalam kitab-Nya. Dan
perkara yang tidak dihukumi itu boleh dilakukan”. (HR. Turmudzi,
baihaqi, Hakim dari Salman dengan sanad shoheh).
Beramal Karena Takut Dan Pengharapan
Lillah (ihklas) semata-mata karena dan untuk Alloh itu, bukan berarti
menutup pintu harapan ingin terhadap pahala, surga dan sebagainya atau
takut siksa neraka dan sebagainya. Kita harus ingin kepada hal-hal yang
baik yang menguntungkan dan harus takut kepada hal-hal yang buruk yang
merugikan. Akan tetapi di dalam kita ingin atau takut itulah yang harus
kita niati ibadah Lillah, sebab kita memang diperintah supaya berharap
kepada pahala, surga dan lain-lain, dan supaya takut kepada siksa neraka
dan lain-lain. Jadi amal-amal ibadah kita apa saja seperti Sholat,
puasa, baca Al-Qur’an, dzikir, baca Sholawat, menolong orang lain dan
sebagainya jangan sampai didorong oleh rasa ingin atau takut, melainkan
didorong oleh pengabdian diri, niat ibadah kepada Alloh dengan ikhlas
tanpa pamrih “Lillahi Ta’aala”.
Alloh berfirman dalam QS Al-A’rof 29 :
وادعوه مخلصين له الدين كما بدأكم تعودون
“Sembahlah Alloh dengan meng-ikhlas-kan keta’atanmu kepada-Nya”.
Alloh berfirman dalam QS Al-A’rof 55 :
وادعوه خوفا وطمعا ان رحمت الله قريب من المحسنين
“Dan beribadahlah kepada Alloh dengan rasa takut dan harapan.
Sesungguhnya rahmat Alloh itu amat dekat kepada orang-orang yang berbuat
baik”.
Kerugiannya Orang Yang Tidak Lillah
Orang yang tidak Lillah, namanya Lighoirillah. Berbuat dan beramal
tidak karena Alloh melainkan karena selain Alloh. Istilah Wahidiyah
disebut Linafsi. Berbuat atau beramal hanya karena menuruti keinginan
dan kemauan hawa nafsunya. Kelihatan ta’at hanya pada lahiriyahnya saja.
Sedang batinya adalah menuruti nafsu, berarti dia diperalat oleh
nafsunya. Diperbudak nafsunya. Dengan kata lain dia mengabdi atau
menyembah kepada hawa nafsunya sendiri !. dan orang yang demikian inilah
yang termasuk golongan orang yang amal ibadahnya tidak diterima dan
tidak mendapat petunjuk dari Alloh.
Alloh berfirman dalam QS Al-Qoshos 50 :
ومن أضل ممن اتبع هواه بغير هدى من الله ط ان الله لا يهدى القوم
الظلمين
“Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang-orang yang mengikuti
hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Alloh sedikitpun ?.
sesungguhnya Alloh tidak memberi petunjuk kepada kaum yang dholim”.
Nabi SAW bersabda :
ان الله تعالى لا يقبل من العمل الا ما كان له خالصا وابتغى به وجهه
(رواه النسائى عن ابى أمامة)
“Sesungguhnya Alloh tidak menerima daripada amal kecuali amal yang
sungguh-sungguh ikhlas (Lillah) semata-mata mengharap ridlo-Nya”. (HR.
Nasa’i dari Abi Umamah).
Kesimpulannya orang yang beramal ibadah hanya menurut kemauan
nafsunya, amal perbuatan apa saja berarti ia menyembah kepada nafsunya
sendiri. Dia adalah hamba daripada nafsunya, dia mempertuhan nafsunya.
Dan nafsu itu adalah yang paling dimurkai oleh Alloh, maka dengan
sendirinya orang yang menjadi hamba nafsu itulah orang yang paling
dimurkai Alloh.
Nabi SAW bersabda :
ابغض إله عبد عند الله فى الأرض هو الهوى
(رواه الطبرانى عن ابى أمامة الباهلى)
“Berhala sesembahan di bumi yang paling dimurkai dan dikecam oleh
Alloh adalah “hawa nafsu”. (HR. Tobroni dari Abi Umamah Al-bahili)